Lampung Barat.Kontestasi Pemilihan Calon Peratin/ Kepala Desa di pekon Padang Cahya yang kompetitif dan kompleks menimbulkan munculnya anggapan praktik Money Politik/ Politik uang rawan terjadi bukan hanya pada saat hari tenang atau mendekati hari pemilihan berupa Serangan Fajar, bahkan bisa terjadi dijauh hari sebelum hari pencoblosan, Biasanya praktik jual beli suara ini dilakukan secara door-to-door, dengan mendatangi pemilih kemudian memberikan uang secara langsung. Besarannya pun beragam.
Sebagai contoh, Terjadinya Penangkapan Empat orang warga yang diduga tim sukses salah satu calon yang terjadi di Desa Ranca Kelapa, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang pada Sabtu 09 oktober tahun 2021 lalu, Keempatnya diamankan polisi lantaran Kepergok membagi-bagikan uang jelang Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak yang akan dilaksanakan keesokan harinya Minggu 10 Oktober 2021. hal tersebut menunjukkan bahwa Pilpratin kali ini juga bisa berpotensi diwarnai politik uang.
Aprizal, seorang Calon Peratin Nomor Urut 1, kepada awak media menyampaikan harapannya dalam momen Pilpratin Pekon Padang Cahya ini menjadi media pembelajaran bagi masyarakat untuk memilih calon pemimpin dengan mengedepankan aspirasi dan kualitas calonnya bukan berharap pada serangan fajar yang bisa merusak demokrasi.
“Harapannya momen pilpratin ini khususnya Pekon Padang Cahya, ini sebagai pemblajaran bagaimna money polytic ini bisa hilang dari Padang Cahya ini, karena money polytic ini akan merusak demokrasi khususnya yang ada di Padang Cahya.”
Masih kata Aprizal, “harapannya mudah-mudahan money polytic ini bisa menjadikan pembelajaran bagi masyarakat untuk bisa lebih mengedepankan aspirasi-aspirasi, lompatan-lompatan ketimbang selalu berharap akan adanya serangan-serangan fajar, Dan dengan adanya money politik ini, berati calon itu tdak siap menang siap kalah”. Sampainya.
habib, Salah seorang warga yang mengaku sebagai Pendukung Calon Peratin Nomor Urut 1 tersebut juga mengatakan pentingnya edukasi politik bagi masyarakat, agar kedepan setiap gelaran pemilu akan menghasilkan pejabat yang berkualitas.
“Potensi praktik Money Politic akan terus ada selama Pendidikan politik di Indonesia yang masih rendah Sehingga pemilih belum teredukasi secara maksimal tentang pentingnya pemilu baik tingkat Pemilihan Kepala desa, legislatif, maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden”.
“Sangat perlu juga disampaikan kepada masyarakat edukasi pentingnya selektif dalam memilih calon yang baik dalam pemilu dan apa konsekuensi dari politik uang”. Ucapnya.
Meski praktik politik uang merajalela di Indonesia, namun efek pada hasil suara yang diperoleh oleh calon tergolong sangat rendah, hanya mempengaruhi tidak sampai 12% dari total hasil suara.
Salah satu alasannya adalah kandidat salah memilih target.
Penelitiannya menunjukkan, alih-alih menargetkan pemilih loyal, para calon justru banyak menyasar pemilih yang tidak terikat yang belum tentu akan memberikan suara mereka.
Sementara pemilih loyal, yang jumlahnya terbatas juga diperebutkan oleh banyak kandidat yang bersaing, sehingga membuat mereka sulit untuk disasar. (Eko/Sam)