Sinopsis.co.id, JEMBER – 15 November 2024.
Swasembada pangan akan jadi angan angan jika pemerintah TDK serius, Refleksi ini menyentuh salah satu isu kritis dalam ketahanan pangan Indonesia. Meskipun sudah merdeka 79 tahun, capaian surplus beras masih menjadi tantangan.
Perjuangan Jumantoro berangkat ke Jakarta pada hari Rabu, 13 November 2024 untuk menyampaikan aspirasi permasalahan petani di Kabupaten Jember menemui anggota DPR-RI semua sibuk. Hanya Anggota komisi 6 (enam) H. Khilmi. Bambang Hariyadi Gerindra dihubungi tidak ada respon, HCM Nasdem sama saja tidak direspon, ke kantor wapres utk menyampaikan aspirasi lewat “lapor mas Wapres tidak kebagian kuota antrian”. Aspirasi hanya diterima oleh perwakilan Pupuk Indonesia, ungkap Jumantoro.
Menurut Jumantoro, aspirasi petani Jember disampaikan kepada perwakilan Pupuk Indonesia antara lain :
1. Kembalikan alokasi pupuk subsidi untuk 70 Komoditi pertanian.
2. Permudah alur distribusi pupuk subsidi.
3. Berikan jaminan harga terendah yang menguntungkan petani.
4. Kembalikan fungi Bulog sebagai lembaga penyangga pangan nasional.
5. Bubarkan BAPANAS.
6. Jangan import pangan berlebihan.
7. Jangan acak – acak alur distribusi pupuk subsidi dan libatkan 5 pilar di desa yaitu kepala desa, Babinsa, Babinkamtibmas, PPL dan Gapoktan dalam hal pengawasan pupuk subsidi untuk mencapai swasembada pangan cepat bisa terlaksana.
8. Indonesia Makmur dan maju harus berangkat dari desa karena mayoritas penduduknya disektor pertanian sebagai penopang ekonomi kerakyatan dan harusmenjadi skala prioritas utama.
Lebih lanjut Jumantoro menyampaikan beberapa faktor yang berperan dalam pencapaian produksi beras yang optimal, meski upaya peningkatan terus dilakukan dari masa ke masa antara lain:
1). Degradasi Lahan Pertanian.
Setiap tahun banyak lahan sawah yang beralih fungsi menjadi perumahan, industri, atau infrastruktur lainnya. Hal ini mengurangi luas lahan yang tersedia untuk produksi beras, sehingga produktivitas nasional pun terpengaruh.
2). Masalah Air dan Irigasi.
Sistem irigasi yang tidak merata dan terkadang rusak menjadi kendala ketersediaan air untuk lahan sawah. Kondisi ini memengaruhi panen di daerah yang bergantung pada irigasi teknis, terutama di musim kering.
3). Ketergantungan pada pupuk dan bibit.
Ketersediaan pupuk dan bibit unggul sering kali tidak mencukupi apalagi dengan sistem distribusi yang kerap bermasalah. Kelangkaan pupuk subsidi dan fluktuasi harga bibit unggul bisa menjadi hambatan bagi petani untuk memaksimalkan hasil panen.
4). Pendanaan dan Teknologi: Petani terutama petani kecil umumnya memiliki akses terbatas pada dana dan teknologi modern. Sektor pertanian dinegara lain sudah beralih ke mekanisasi dan teknologi yang lebih efisien, sementara Indonesia masih tertinggal dalam adopsi teknologi ini.
5). Perubahan Iklim.
Perubahan iklim membawa tantangan baru bagi sektor pertanian. Anomali cuaca seperti musim hujan yang panjang atau musim kemarau yang ekstrem bisa merusak pola tanam, sehingga hasil panen tak sesuai prediksi.
6). Kurangnya Regenerasi Petani. Profesi petani dianggap kurang menarik oleh generasi muda, sehingga regenerasi petani menjadi masalah tersendiri. Tanpa generasi penerus, kapasitas produksi pertanian sulit untuk terus ditingkatkan.
7). Kebijakan dan koordinasi belum optimal:
Terkadang kebijakan yang diambil oleh pemerintah belum sepenuhnya berpihak pada keberlanjutan produksi pangan jangka panjang. Selain itu, koordinasi antar kementerian dan lembaga sering kali tidak optimal, menyebabkan program-program ketahanan pangan kurang efektif.
8). Kebijakan subsidi pupuk belum berpihak pada kepentingan petani serta belum adanya jaminan harga yang menguntungkan saat petani panen
Untuk mencapai surplus beras yang diharapkan, diperlukan pendekatan yang holistik mulai dari kebijakan yang lebih berorientasi pada petani, penguatan infrastruktur pertanian, hingga mendorong inovasi teknologi pertanian yang ramah lingkungan. Masalah ini perlu ditangani bersama, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, dengan komitmen berkelanjutan demi masa depan ketahanan pangan Indonesia, pungkas Jumantoro.
Kabiro Jember : Lukman Hakim